Ketika Kartu ATM Dibekukan Istri #2

bisnis
 
Author Ha
#BAB 2

Malunya Itu Lho?

Waduh, bagaimana ini. Mana belanjaan Ibu sebanyak ini? 
Aku mendengkus kasar, bingung sekaligus malu, dibayar pakai apa barang-barang belanjaan Maya dan juga Ibu.
Kurang ajar Sekar! Beraninya dia membuatku panik di sini. Aku tidak menyangka senyum yang dia umbar saat cuci piring tadi, menandakan ada sesuatu yang tidak beres dengannya. Dan benar saja, Sekar diam-diam membekukan kartu Atm-nya. Dan mengambil uang simpanan yang ada di Atmku. 
Gajiku memang tidak seberapa, tapi di ATMku ada uang yang biasa kuambil dari tabungan Sekar, dan aku juga sempat menjual perhiasan Sekar sebelum mengajak Ibu dan Maya jalan-jalan ke Mall. Tentu hal itu diluar pengawasan Sekar, karena selama ini dia hampir tidak pernah memakai perhiasannya.
“Ibu belanja apa saja sampai totalnya sebanyak ini? Dan kamu Maya, tas branded macam apa yang kamu beli, harganya sampai setara dengan mobil?” aku bertanya pada Ibu dan juga Maya. 
Dua wanita itu langsung berhenti berfoto, kening mereka mengenyit dalam, langkah kaki mereka kian dekat denganku.
Gawat, aku pasti akan menahan malu.
Mau taruh di mana mukaku ini. 
Sial! Aku mengumpat dalam hati. 
“Lah Ibu belanja barang-barang yang Ibu mau, di situ itu beli baju khusus buat arisan besok, sekali-kali lah Dani Ibu tampil beda,” jawab Ibu sambil menunjuk paper bag yang berada di atas meja kasir. 
“Iya Bu, Dani ngerti, tapi ga harus belanja sebanyak itu juga, 354 juta loh Bu ini?!” 
“Halah baru segitu aja Abang udah marah, masa Abang ga tahu fashion sih, barang-barang yang Maya dan Ibu ambil branded semua, mahal-mahal lagi harganya. Udah buruan bayar. Maya sama Ibu mau lihat-lihat perhiasan dulu, nanti Abang belikan ya.” sahut Maya.
Makin puyeng kepalaku ini, kukira mereka berdua akan belanja barang-barang murah, dan keperluan sehari-hari, bukan dari merek ternama dunia. 
Lagi pula belanjaan ini saja belum tentu bisa kubayar, mereka berdua malah sudah berniat mengajak ke toko perhiasan. 
“Benar kata kamu May, Ibu mau beli kalung sekalian ganti anting, bosen Ibu pakai perhiasan itu-itu aja.” gumam Ibu gembira, senyum merekah tak lepas dari sudut bibirnya. 
“Abang ngapain masih berdiri di situ, udah cepetan sana bayar barang belanjaan kita. Kasihan tuh pegawai kasir udah nunggu sampai jamur.” tegur Maya. 
C’k, apa mereka berdua ini tidak peka dengan perubahan raut wajahku. 
Kalau ada duit, sudah Abang bayar dari tadi, May. 
“Gimana ini Pak? Apa ga ada kartu ATM yang lain, atau Bapak bayar pakai cek saja?” usul pegawai kasir. 
“Sabar dulu ya Mbak, saya hubungi Istri saya dulu.” pintaku memelas, pegawai kasir tersebut memandangku sinis. 
Pasti dalam hatinya, ia bergumam, kalau ga punya duit, ga usah sok belagu, mana barang yang dibeli mahal semua. 
“Buat apa kamu hubungi Sekar sih Dani? Udah bayar aja langsung, buat apa kamu perduli kan Istrimu itu, selagi bisa di bod*hi, ambil uangnya banyak-banyak Dan.” cerocos Ibu.
“Masalahnya uang di ATM Dani di ambil Sekar semua, Bu.” jawabku, Ibu dan Maya seketika terkejut.
Mereka berdua terperanjat kaget. mendengar ucapanku. 
“Abang ga salah ngomong kan? Kenapa ga bilang dari tadi sih, Ish Abang bikin malu aja.” gerutu Maya kesal, ia mencubit perutku dan menghentak-hentakan kakinya.
“Aduh gimana ini Dani? Mana Ibu ambil barang-barang mahal, mau taruh di mana muka Ibu? Apalagi kalau sampai teman arisan Ibu pada tahu? Kamu sih Dan, katanya uangmu banyak,” desis Ibu berapi-api, masih memikirkan arisan Ibu di saat situasi seperti ini. 
Suara mereka berdua begitu pelan, Ibu menarikku jauh dari kasir. 
“Brengs*k Istrimu itu Bang, udah mulai belagu, kurang ajar Mbak Sekar.” umpat Maya, aku tak bisa menyela pembicaraan mereka berdua. 
Ibu dan Maya seakan tak memberiku giliran bicara. 
“Kalian mau kemana? Ini belanjaannya harus segera di bayar, masih banyak orang yang antri.” tegur pegawai kasir menghampiri kami bertiga. 
Jantungku rasanya ingin lepas dari sarangnya, Ibu dan Maya menatapku bergantian. 
Tidak sedikit perhatian orang berpusat ke sini, bisa hancur reputasi ku jika rekan-rekan kantor tahu aku membeli barang tapi tak bisa bayar. 
Aku menarik lengan pegawai kasir, membawanya jauh. Ibu dan Maya menunggu was-was.
“Jadi gimana Pak, barang yang sudah diambil tidak bisa di kembalikan lagi. Makanya lain kali kalau belanja itu sesuaikan dengan isi dompet.” kata pegawai kasir, gemuruh dadaku meletup-letup, aku makin dongkol dengan Sekar. 
Dia tidak pernah seperti ini, pertama kalinya Sekar melawanku.
Aku jadikan saja mobilku sebagai jaminan, kalimat itu muncul dalam benak. 
Tak ada pilihan lain, dari pada aku harus malu di depan orang banyak.
“Gini Mbak, ada masalah ini sama kartu ATM saya. Barangnya tetap saja ambil, tapi saya jadikan mobil saya sebagai jaminan untuk sementara, nanti saya ke sini.” tuturku sambil meletakkan kunci mobil di telapak tangannya. 
Matanya menyipit, nampaknya pegawai kasir ini tidak percaya. 
“Ga bisa dong Pak—”
“Tolong Mbak, ini nomor saya nanti Mbak hubungi saja. Kalau masih ga percaya, KTP saya juga jadi jaminannya, ga bakalan lama,” potongku cepat. 
Pegawai kasir tersebut menghela napas panjang, tak lama dia manggut-manggut setuju. 
“Baik kalau begitu, mobil dan KTP Bapak jadi jaminan, tapi ini masih kurang ya Pak, harga mobil Bapak tidak setara dengan belanjaan Ibu-ibu tadi.” cetusnya.
Aku menganggukkan kepala, malunya itu loh yang ga bisa kuterima.
Aku segera menghampiri Ibu dan Maya, mereka berdua telah menjinjing barang belanjaan mereka.
Tidak ada ekspresi sedih mereka melihatku seperti ini, malah senyum-senyum sendiri.
Tanpa perduli pada Ibu dan Maya, aku berjalan keluar Mall, awas saja kamu sekar. Istri tidak berguna, dan ngelujak harus diberi pelajaran.
Next?
Total
0
Shares
Leave a Reply
Previous Post

Ketika Kartu ATM Dibekukan Istri #1

Next Post

Ketika Kartu ATM Dibekukan Istri #3

Related Posts