Suamiku Hanya Mencintaiku Tidak Dengan Keluargaku #2

bisnis

Suamiku Hanya Mencintaiku Tidak Dengan Keluargaku#2

#BAB 2

Aku memberanikan diri untuk mengatakan pada ibu mertuaku jika sebenarnya aku harus pergi ke rumah sakit menjenguk ayahku yang tengah terbaring sakit.

“Bu, apa ibu masih lama? Aku harus ke rumah sakit, ayah sedang sakit,” ucapku.

Ibu melirik ke arahku, tatapan itu seolah menggambarkan jika beliau tidak mengizinkan aku pergi. Hanya saja aku berusaha untuk tetap berusaha meminta izin meskipun aku tahu itu bukanlah hal yang mudah.

“Haris minta kamu cepat pulang setelah ngantar ibu,” ucap beliau.

Aku menghela nafas panjang, “Tapi Bu ….”

“Udah nggak usah bantah suami, kamu hanya perlu menuruti ucapan suami kamu dan jadilah istri yang baik,” potong ibu mertuaku.

Aku terdiam, menahan sesak di dalam dada yang benar-benar sulit aku jelaskan. Aku pikir Mas Haris benar-benar ingin membuatmu bahagia, tapi nyatanya ia seperti memenjarakan aku di dalam kehidupannya.

Baru dua bulan kami mengarungi bahtera rumah tangga, bagaimana jika sudah lama? Apakah aku masih waras dengan keadaan seperti ini?

Terjadi gejolak batin dalam diri ini, aku benar-benar tak tahu harus berbuat apa. Sementara itu, waktu terus berjalan dan aku masih memutar otak agar bisa pergi ke rumah sakit.

“Yasudah kita pulang ya, kamu nggak usah mampir-mampir. Langsung pulang saja,” perintah ibu mertuaku.

Beliau memesankan taksi online untukku, setelah itu membiarkan aku pergi seorang diri. Di dalam mobil aku terus terdiam, bagaimana mungkin aku bisa tenang jika orangtuaku sedang berpikir buruk tentangku.

“Lagi sedih ya Mbak?” tanya driver taksi online.

Aku mengalihkan pandangan, kemudian tersenyum kecut pada pria itu. 

“Ayah saya sakit, tapi suami saya melarang saya menjenguk beliau. Saya bingung, harus menuruti suami atau tetap menjenguk ayah saya,” ucapku.

Seketika air mata keluar membasahi wajahku, aku tak sanggup lagi menahan tekanan batin di dalam hatiku. Rasanya begitu menyesakkan sehingga aku tak mampu lagi menampung semua seorang diri.

“Saran saya sih jenguk orangtua saja Mbak, kita ini ada karena orangtua. Menuruti suami memang harus, tapi perintah itu juga harus masuk akal. Mohon maaf, kalau sampai Mbak nggak jenguk ayah lalu terjadi hal paling buruk pada beliau, apa sekiranya Mbak ini nggak menyesal?”

Apa yang di katakan driver itu memang benar, Mas Haris berusaha melarang aku pergi dan semua niatnya tentu saja bisa memutus tali silaturahmi antara aku dan keluargaku sendiri.

“Baiklah, antarkan saya ke rumah sakit Asih ya Pak,” cetusku.

Driver itupun mengubah arah perjalanan dan mengantarkan aku ke rumah sakit. Jika memang Mas Haris tahu dan aku harus berdebat dengannya mungkin memang aku tidak berjodoh dengannya.

Aku pasrah pada keadaan ini, untuk saat ini yang terpenting adalah keadaan ayah dan aku benar-benar ingin menjelaskan semuanya pada ibu. Bahwa apa yang beliau kira tidak seperti apa yang terjadi.

Perjalanan menuju rumah sakit sedikit terhambat karena macet, hatiku gelisah. Sementara itu pandanganku terhenti pada sebuah cafe yang ada di sebelah kanan jalan.

Aku melihat seorang pria disana. Pria yang sangat aku kenali, bahkan aku paham betul jika itu suamiku. Ia bersama seorang wanita, terlihat sangat mesra.

Mas Haris berjalan menggandeng tangan wanita itu dengan penuh percaya diri, apakah ini alasan dia melarangku pergi keluar tanpa izinnya?

Aku pikir dia ingin aku menjadi wanita baik yang menuruti suaminya karena ia juga pria yang baik. Namun, pandanganku tentang Mas Haris seketika berubah.

Aku ambil ponsel dan mengambil gambar mereka berdua. Ya, aku bisa saja memaafkan kesalahan apapun yang di lakukan Mas Haris, kecuali pengkhianatan.

Mobil pun kembali berjalan menembus kemacetan ibukota hingga beberapa saat kemudian kami sampai di sebuah rumah sakit yang menjadi tempat ayahku dirawat.

Aku segera masuk dan mencari keberadaan ayahku melalui ruang informasi yang ada di rumah sakit ini. Ada sedikit perasaan takut jika nanti Ibu tidak menerima alasan apapun yang aku berikan.

Namun, akan aku ceritakan semua hal yang selama ini tidak pernah aku katakan kepada ibu. Hal yang selalu aku tutupi agar ayah dan ibuku tidak pernah membenci Mas Haris.

Karena selama ini aku selalu mengatakan segala sesuatu yang baik tentang suamiku agar ayah dan ibuku selalu menyayangi Mas Haris seperti mereka menyayangi aku. 

BERSAMBUNG . . .

Klik Link ini untuk Lanjut ke bab berikutnya 

Total
0
Shares
Leave a Reply
Previous Post

6 Ide Bisnis Peluang Usaha yang Menarik di Tahun 2023

Next Post

Suamiku Hanya Mencintaiku Tidak Dengan Keluargaku #3

Related Posts